Jumat, 06 Desember 2013

penginapan

Villa Azalia

Villa Azalia
Villa Azalia menawarkan tempat peristirahatan yang tenang dalam lingkungan udara segar di Sarangan. Akomodasi ini berselang 5 menit jalan kaki dari Telaga Sarangan, menyediakan akses Wi-Fi gratis di seluruh areanya. Kegiatan berkuda dapat diatur berdasarkan permintaan.
Air terjun Tirta Sari berjarak 5 km, sementara kota Magetan berselang 30 menit berkendara dari Villa Azalia. Bandara Adi Sumarmo di Solo dapat dijangkau dengan 2 jam berkendara.
Kamar-kamarnya dilengkapi meja, ketel listrik, dan TV layar datar. Anda juga dapat bersantai di area untuk duduk bersantai yang tersedia. Kamar mandi dalamnya menyediakan bathtub, shower air panas, serta perlengkapan mandi gratis.
Staf dapat mengatur layanan-antar jemput ke bandara dan tempat lain dengan dikenakan biaya tambahan
Pemesanan terakhir 3 Desember
Terletak di daerah pegunungan Sarangan, Jawa Timur, Hotel Sarangan memiliki kamar-kamar dengan TV dan kamar mandi pribadi. Hotel ini menyediakan Wi-Fi gratis di area lobi 24 jam.
Hotel Sarangan berjarak 5 menit jalan kaki menuju Kampoeng Pinus Sarangan dan Telaga Sarangan. Stasiun Bus Maospati dapat dicapai dalam 30 menit berkendara. Diperlukan waktu sekitar 1,5 jam berkendara dari Bandara Adi Sumarmo di kota Solo.
Menawarkan pemandangan taman, semua kamarnya dilengkapi dengan meja, lemari, dan TV. Setiap kamar memiliki kamar mandi en suite yang mencakup shower air panas. Beberapa kamarnya memiliki ruang tamu dengan sofa.
Layanan binatu tersedia dengan biaya tambahan. Penyewaan mobil dan layanan kamar juga disediakan di hotel.
Masakan Indonesia dan Eropa disajikan di Srikandi Restaurant.

Grand Venezia Hotel


Grand Venezia Hotel
Grand Venezia Hotel menawarkan bantuan meja depan 24 jam dan kamar-kamar dengan kamar mandi dalam, 5 menit berjalan kaki dari Danau Wahyu. Tempat parkir disediakan secara gratis jika Anda datang dengan kendaraan.Berjarak 2 menit berkendaraan dari Pasar Plaosan, Grand Venezia Hotel terletak sejauh 5 menit berkendara dari Danau Sarangan. Dibutuhkan 90 menit berkendara untuk mencapai Bandara Internasional Adi Sucipto dari hotel. Semua kamarnya dilengkapi dengan lemari, meja, dan TV. Anda dapat memanfaatkan peralatan mandi gratis di kamar mandi pribadi. Berbagai kenyamanan yang ditawarkan oleh hotel meliputi layanan binatu dan penyewaan mobil. Layanan antar jemput ke daerah sekitarnya dan penjemputan bandara juga ditawarkan dengan biaya tambahan.

Puspa Sarangan
Puspa Sarangan menyediakan akomodasi di tepi danau yang dikelilingi lanskap natural. Berada tidak jauh dari Telaga, hotel ini menyediakan Wi-Fi gratis di seluruh area dan dapat mengatur perjalanan mendaki. Tersedia sebuah restoran, fasilitas karaoke dan barbekyu di lokasi.
Kamar-kamar Puspa Sarangan yang sederhana dilengkapi lantai keramik dan seprai bersih. Setiap kamar dilengkapi meja kerja, lemari pakaian, dan TV layar datar. Kamar mandi pribadinya menawarkan shower dan perlengkapan mandi.
Anda dapat mengikuti kegiatan mendaki ke Air Terjun Ngadiloyo yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki 1 jam, atau ke Gunung Lawu yang memakan waktu 8 jam berjalan kaki. Bandara Adi Sumarmo berjarak 2 jam berkendara.
Anda dapat memancing di danau atau menyewa mobil dan menjelajahi daerah sekitar. Puspa Sarangan menyediakan fasilitas pertemuan/perjamuan, dan tempat parkir gratis.
Restoran hotel menyajikan berbagai masakan Indonesia. Makanan juga dapat dinikmati di dalam kamar Anda.

Villa Pinaringan


Villa Pinaringan
Villa Pinaringan memiliki akomodasi yang luas dengan udara segar di Sarangan, 2 menit berjalan kaki dari Danau Sarangan. Masing-masing unitnya menawarkan teras pribadi dan ruang parkir gratis. Anda dapat bersantai dengan pijat menenangkan di dalam vila.
Pasar sayur Sarangan berjarak hanya 3 menit jalan kaki dari Villa Pinaringan, sedangkan Danau Wahyu dapat dicapai dalam 10 menit berkendara. Dibutuhkan 90 menit berkendara dari vila menuju Bandara Adi Sumarmo.
Masing-masing rumah memiliki ruang duduk dengan seperangkat sofa dan TV satelit. Dapur dan ruang makan juga tersedia. Kamar mandi en suitenya menyediakan fasilitas shower dan toilet.
Menyediakan meja depan 24 jam, vila ini memiliki taman bermain anak-anak. Kenyamanan yang ditawarkan meliputi layanan dry cleaning dan penyewaan mobil.

Griya Tawang 


Griya Tawang
Terletak di kawasan pegunungan Tawang Mangu, Griya Tawang menawarkan akomodasi tradisional bergaya Jawa di tengah persawahan yang tenang. Akomodasi ini memiliki sebuah restoran dan menyediakan tempat parkir gratis serta Wi-Fi gratis di seluruh areanya.
Kamar-kamarnya berperabotan simpel dengan hawa sejuk alami, dan menyediakan TV dan balkon yang menghadap taman. Masing-masing unit menawarkan area tempat duduk, meja, dan kamar mandi pribadi dengan fasilitas shower air panas/dingin.
Anda dapat memanjakan diri dengan layanan pijat relaksasi atau berkeliling dengan naik sepeda. Anda juga dapat melakukan hiking atau berjalan-jalan santai di taman.
Griya Tawang Restaurant menyajikan berbagai hidangan Indonesia dan Cina. Hidangan untuk dinikmati di dalam kamar tersedia melalui layanan kamar.
Griya Tawang berjarak 15 menit berkendara dari Air Terjun Grojogan Sewu, dan 30 menit berkendara dari Kota Solo. Bandara Adi Sucipto dapat dicapai dalam 1 jam berkendara.

Jawa Dwipa Heritage Resort and Convention

Jawa Dwipa Heritage Resort and Convention
Jawa Dwipa Heritage Resort and Convention adalah resor bintang 4 dengan kolam renang outdoor dan parkir gratis. Restoran Sriwedari di resor ini menyajikan masakan Indonesia dan Cina. Tawang Mangu, di mana Air Terjun Grojogan Sewu berlokasi, dapat dicapai dalam 15 menit berkendara dari resor.
Semua kamarnya berperabotan simpel dan dilengkapi dengan meja dan TV layar datar. Kamar mandi en suite-nya menawarkan shower.
Jawa Dwipa Heritage Resort berjarak 20 menit berkendara dari Candi Sukuh dan Canti Cetho. Bandara Internasional Adisumarmo terletak sejauh 45 menit berkendara dari resor. Layanan penyewaan mobil dan antar-jemput bandara tersedia dengan biaya tambahan.
Wisata sehari dapat direncanakan di meja layanan wisata. Resor juga menyediakan layanan binatu dan meja depan 24 jam.

Kamis, 05 Desember 2013

Budaya Larung Sesaji di Sarangan

Tradisi Larung Tumpeng di Telaga Sarangan Magetan
 
Tradisi Larung Tumpeng di Telaga Sarangan Magetan
sudah ada bertahun tahun silam.adalah satu cara untuk melestarikan budaya Jawa bagi masyarakat Magetan.Tradisi yang dilakukan dalam nuansa ritual ini dilakukan demi keselamatan warga Kabupaten Magetan.
 Pemerintah setempat menggelar acara Labuh Sesaji Gono Bahu dengan melarungkan tumpeng hasil bumi di tengah telaga Pasir Sarangan. Larung Sesaji dengan melarungkan satu buah tumpeng setinggi 3 meter di ikuti 2 gunungan palawija yang berisikan hasil bumi asli warga Magetan meliputi padi (nasi), pala wija, kentang, wortel, jagung dan sayur – sayuran lainnya.
entah kapan Kegiatan Ritual ini dilakukan yang pasti akan mendatangkanWisatawan dari penjuru manapun untuk melihat Larung Tumpeng Sarangan.
acara Labuh sesaji tersebuh diadakan setiap tahunnya sekali pada bulan Jawa Ruwah dan bisa meningkatkan  penghasilan penduduk Sarangan
Sementara itu Sumantri Bupati Magetan  menjelaskan Pemkab Magetan mentargetkan pengunjung yang saat ini 500 ribu pertahun menjadi 3 juta wisatwan pertahun.

Pemerintah Kabupaten Magetan telah mengemas acara larung sesaji ini semenarik mungkin, dengan menggunakan busana adat yang dipadukan dengan batik asli Magetan Batik Pring Sedapur dan hiburan kesenian lainnya.

Acara Larung Sesaji Telaga Sarangan ini dipimpin langsung oleh Bupati Magetan Sumantri dan dihadiri oleh para pejabat daerah Kabupaten Magetan.
Tradisi Larung Tumpeng ini juga membuat arus lalu lintas di pinggir telaga macet akibat padatnya pengunjung dan pasti akan menimbulkan kecelakaan kecelakanan yang tidak diinginkan

 
larung Tumpeng sarangan jaman dulu yang disaksikan oleh wisatawan yang begitu padat.dulu Mobil sangat jarang,tetapi pengunjung disana begitu padat.apalagi sekarang bisa bisa sarangan menjadi Padat Total


Rasanya belum lengkap menjelajah bagian tengah pulau Jawa, bila tak mengunjungi daerah gunung Lawu.  Gunung yang berada di antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur ini, ternyata menyimpan banyak cerita didalamnya. Mulai dari candi-candi, air terjun tempat bertapa, kebiasaan memakan sate kelinci, kawah belerang, hingga kuburan raja Majapahit dipuncak Lawu.

puncak lawu  
 
Puncak gunung Lawu terlihat dari kejauhan setelah melewati pos 4/Cokro Suryo menuju Hargo Dalem
Dengan perhitungan yang cermat, ternyata hampir keseluruhan lokasi menarik di area gunung Lawu tersebut, bisa ditempuh hanya dalam waktu dua hari satu malam saja. Seperti perjalanan yang pernah dilakukan penulis,  pada akhir minggu ketiga Juli 2012 lalu.
Awal perjalanan dimulai dari kota Solo, Jawa Tengah pada pagi hari. Dari kota Solo, ke arah Tawangmangu, kemudian menuju Sarangan. Perjalanan menuju Sarangan dari Solo, akan melewati beberapa lokasi peninggalan kerajaan Majapahit.
Lokasi pertama yang menarik untuk dikunjungi merupakan kompleks candi Cetho dan Sukuh. Kompleks candi tersebut berada di kiri jalan sebelum terminal Tawangmangu. Jalan menuju candi-candi tersebut terlihat mudah, karena terdapat gapura besar dibagian kiri jalan. Setelah melewati gapura, jalan akan terpecah dua lagi, menuju ke masing-masing candi.
Candi Cetho dan Sukuh berada di lereng utara, gunung Lawu. Merupakan peninggalan terakhir yang dibangun oleh raja Majapahit terakhir, Brawijaya V. Kompleks candi kebanyakan berisi bangunan-bangunan untuk bersembahyang, dengan bentuk punden. Banyak hal unik dikompleks candi tersebut. Termasuk ukiran-ukiran di dinding candi. Salah satu ukiran yang menarik merupakan gambar tentara, yang berada di candi Sukuh. Dalam ukiran tersebut terlihat pakaian perang yang digunakan tentara mirip dengan yang dimiliki bangsa Arya, pembuat piramida di pegunungan Inca.
Perjalanan bisa dilanjutkan dengan keluar dulu dari kompleks candi, dan kembali menuju jalan menuju Tawangmangu. Di dekat terminal Tawangmangu, terdapat air terjun Grojogan Sewu yang sudah kondang namanya. Dengan tinggi mencapai 81 meter, air terjun ini termasuk salah satu yang tertinggi di pulau Jawa. Bisa juga menuju puncak air terjun dengan meniti tangga didekatnya. Tapi lebih menarik berendam sebentar di telaga bawah air terjun.
Usai berendam, biasanya perut lapar memanggil. Tak perlu repot-repot mencari makanan, disekitar air terjun Grojogan Sewu terdapat banyak tempat makan, yang menawarkan sate kelinci. Menurut beberapa sumber, kebiasaan memakan sate kelinci ini juga merupakan peninggalan orang-orang Majapahit. Kalau dulu, mungkin hanya raja yang bisa sering makan sate kelinci, sekarang siapa saja bisa makan sate tersebut, asal punya uang cukup.
Setelah kenyang, banyak lagi yang bisa dilihat bila melanjutkan perjalanan ke Sarangan. Salah satunya melihat koleksi tanaman obat di Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO). Bangunan BPTO berada di bagian sebelah kanan jalan, sebelum pos pendakian Cemoro Kandang.  Di dalam BPTO terdapat banyak koleksi tanaman obat, yang diwariskan dari jaman kerajaan Majapahit dulu. Ramuan dan resep untuk berbagai penyakit juga bisa didapatkan, melalui campuran tanaman obat tersebut.
Bila perjalanan diteruskan, maka akan menemui daerah Poncolono. Di sini dapat juga merasakan mandi dengan air belerang. Selain itu dapat juga melihat pemandangan lepas ke arah Jawa Timur. Pemandangan dari Poncolono akan makin indah pada saat sore hari. Pemandangan akan terlihat luas dengan variasi pandangan antara hutan dan kota-kota kecil, dengan liukan jalan.
Sebelum malam makin gelap, sebaiknya kembali menuju kota Tawangmangu. Banyak terdapat penginapan dikota tersebut. Harga yang ditawarkan bervariasi pula. Namun dengan pelayanan yang tidak mengecewakan. Paling tidak bisa beristirahat dengan lebih nyaman, sebelum mendaki ke puncak gunung Lawu, pada hari berikutnya.
Peninggalan Majapahit tak hanya air terjun, makan sate kelinci, dan tanaman obat. Berjalan menuju puncak gunung Lawu, juga harus dilakukan. Mengingat lokasi moksa raja terakhir Majapahit, Brawijaya V, berada tak jauh dari puncak Lawu.
Usahakan sepagi mungkin sudah pergi dari penginapan di Tawangmangu. Langsung menuju pos pendakian Cemoro Kandang, yang berada disebelah kiri jalan sebelum perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebenarnya mendaki ke puncak gunung Lawu, lazimnya bisa ditempuh melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Cemoro Sewu, Cemoro Kandang dan jalur candi Cetho. Kalau melalui Cemoro Sewu, jalur cenderung terjal, meskipun lebih dekat. Sementara jalur candi Cetho, terlalu jauh karena bisa memakan waktu hingga 13 jam, hanya untuk mendaki saja. Jalur terbaik menurut Ngarai.com adalah melalui pos pendakian Cemoro Kandang. Karena jalur cenderung datar, sehingga dapat ditempuh oleh berbagai umur, asalkan memiliki stamina sehat untuk mendaki gunung. Sementara masalah waktu tempuh, jalur Cemoro Kandang sebenarnya hanya berbeda waktu tempuh sedikit lebih lama, daripada jalur Cemoro Sewu.
Setelah melakukan proses perijinan di pos pendakian Cemoro Kandang, perjalanan dimulai menuju Pos 1 yang bernama Taman Sari Bawah. Pos 1 ini berada di ketinggian 2.300 meter diatas permukaan laut (mdpl). Jarak tempuhnya hanya sekitar satu jam dari pos awal Cemoro Kandang.
Menuju Pos 2 yang bernama Taman Sari Atas, kondisi jalur tak banyak berubah. Dominan dipenuhi tumbuhan pohon kecil dipinggir jalur. Keseluruhan trek dapat dengan mudah dilewati, karena sangat jelas dan tidak memiliki kemiringan terjal. Di Pos 2 dapat juga melihat kawah Candradimuko, yang masih kerap mengepulkan asap tebal.


lawu map

Peta jalur pendakian ke puncak gunung Lawu, melalui Cemoro Kandang
Setelah melewati dua buah jalan lembah memutar, akan ditemui pos bayangan.
Dari pos 2 ke pos bayangan, bisa ditempuh hanya dalam waktu 30 menit. Jalur kemudian mulai menanjak dari pos bayangan menuju pos 3, atau sering disebut Penggik. Jalur menuju Penggik ini diperkirakan menjadi yang terjauh, karena bisa menempuh waktu sampai 90 menit. Namun keindahan gunung Lawu mulai terlihat dijalur menuju pos 3 tersebut, karena hutan mulai terbuka dan menyajikan panorama pegunungan disekitar Lawu.
Menuju pos 4, perjalanan makin terasa berat karena mendaki, dan kebanyakan berisi tanah bebatuan keras. Namun bila sudah mencapai pos 4, rasa lelah seketika hilang. Pos 4 atau dikenal sebagai Cokro Suryo merupakan tanah datar yang berada diantara beberapa puncakan bukit. Kebanyakan alas tanah dipenuhi rumput, sehingga terasa sejuk bila sebentar berbaring diatasnya. Diantara rumput-rumput itu juga tersisa sebuah tempat persembahan, yang hingga kini masih dipergunakan oleh orang-orang  yang khusus datang untuk melakukan ritual.
Dari Cokro Suryo, perjalanan dilanjutkan dengan membelah sadel punggungan bukit. Setelah sadel, puncak gunung Lawu, yang disebut Hargo Dumilah akan terlihat dikejauhan. Namun sebelum mencapai puncak harus melewati dulu jalan datar memutar menuju ke bagian belakang sisi puncak. Kemudian akan ditemukan pertigaan, yang bila diteruskan akan menuju jalur Cemoro Sewu. Bila merasa lapar dan kurang membawa makanan, bisa meneruskan dahulu ke jalur Cemoro Sewu tersebut, karena akan menemukan warung Mbok Yem. Warung tersebut selalu buka setiap waktu, dan siap menerima tamu dengan pelayanan semampunya. Bila terasa masih mampu, di pertigaan sebelum warung Mbok Yem, ambil jalur ke kanan yang menuju puncak. Setelah berjalan mendaki selama kurang lebih 30 menit maka akan ditemui tugu besar bernama Hargo Dumilah, yang juga merupakan puncak dari gunung Lawu.
Tak jauh dari warung Mbok Yem terdapat lokasi moksa, raja Brawijaya V. Disana terdapat bangunan dengan dua pilar didepannya. Biasanya di awal bulan Muharram banyak orang yang datang, untuk melakukan ritual penyembahan di lokasi moksa raja Brawijaya V, yang disebut Hargo Dalem ini.
Total pendakian ke puncak Lawu, dari Cemoro Kandang bisa ditempuh selama enam jam. Sementara waktu turun bisa empat jam, melalui jalur yang sama. Jadi hanya perlu 10 jam untuk naik dan turun di gunung Lawu. Dengan waktu tak terlalu lama seperti itu disarankan tidak terlalu banyak membawa peralatan untuk mendaki. Sediakan air dan makanan seperlunya, dan persiapkan juga sarana transportasi untuk membawa kembali ke Solo pada malam hari.





Candi Cetho (ejaan bahasa Jawa: cethå) merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.
Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut kepercayaan asli Jawa/Kejawen.

 

Susunan bangunan


 Gapura Candi Cetho

Ketika ditemukan keadaan candi ini merupakan reruntuhan batu pada empat belas dataran bertingkat, memanjang dari barat (paling rendah) ke timur, meskipun pada saat ini tinggal 13 teras, dan pemugaran dilakukan pada sembilan teras saja. Strukturnya yang berteras-teras membuat munculnya dugaan akan kebangkitan kembali kultur asli ("punden berundak") pada masa itu, yang disintesis dengan agama Hindu. Dugaan ini diperkuat dengan bentuk tubuh pada relief seperti wayang kulit, yang mirip dengan penggambaran di Candi Sukuh.
Pemugaran yang dilakukan oleh Humardani, asisten pribadi Suharto, pada akhir 1970-an mengubah banyak struktur asli candi, meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan. Pemugaran ini banyak dikritik oleh pakar arkeologi, mengingat bahwa pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi yang mendalam. Bangunan baru hasil pemugaran adalah gapura megah di muka, bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, patung-patung Sabdapalon, Nayagenggong, Brawijaya V, serta phallus, dan bangunan kubus pada bagian puncak punden.
Selanjutnya, Bupati Karanganyar, Rina Iriani, dengan alasan untuk menyemarakkan gairah keberagamaan di sekitar candi, menempatkan arca Dewi Saraswati, sumbangan dari Kabupaten Gianyar, pada bagian timur kompleks candi.
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.
Pada aras ketiga terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, surya Majapahit (diduga sebagai lambang Majapahit), dan simbol phallus (penis, alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan tindik (piercing) bertipe ampallang. Kura-kura adalah lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti mimi, katak, dan ketam. Simbol-simbol hewan yang ada, dapat dibaca sebagai suryasengkala berangka tahun 1373 Saka, atau 1451 era modern.
Pada aras selanjutnya dapat ditemui jajaran batu pada dua dataran bersebelahan yang memuat relief cuplikan kisah Sudhamala, seperti yang terdapat pula di Candi Sukuh. Kisah ini masih populer di kalangan masyarakat Jawa sebagai dasar upacara ruwatan. Dua aras berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Sampai saat ini pendapa-pendapa tersebut digunakan sebagai tempat pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Pada aras ketujuh dapat ditemui dua arca di sisi utara dan selatan. Di sisi utara merupakan arca Sabdapalon dan di selatan Nayagenggong, dua tokoh setengah mitos (banyak yang menganggap sebetulnya keduanya adalah satu orang) yang diyakini sebagai abdi dan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya V.
Pada aras kedelapan terdapat arca phallus (disebut "kuntobimo") di sisi utara dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud mahadewa. Pemujaan terhadap arca phallus melambangkan ungkapan syukur dan pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi setempat. Aras terakhir (kesembilan) adalah aras tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa. Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.
Di sebelah atas bangunan Candi Cetho terdapat sebuah bangunan yang pada masa lalu digunakan sebagai tempat membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara ritual peribadahan (patirtan). Di dekat bangunan candi, dengan menuruni lereng yang terjal, ditemukan lagi sebuah kompleks bangunan candi yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Candi Kethek ("Candi Kera").

TAWANGMANGU - Menikmati Segarnya Air Terjun Grojogan Sewu di Lereng Gunung Lawu

Meski berada di garis ekuator dengan suhu udara panas dan lembab, Indonesia dianugerahi dengan banyak pegunungan yang menawarkan kesejukan. Salah satunya adalah Tawangmangu, kurang lebih 37 km sebelah timur Solo. Meskipun terletak di lereng gunung, kawasan wisata ini termasuk salah satu yang paling mudah untuk dikunjungi. Angkutan bus umum hampir setiap saat siap mengantar para wisatawan sampai ke terminal utama. Perjalanan darat selama kurang lebih 1,5 jam dari terminal Solo sudah menjadi daya tarik tersendiri. Pemandangan indah areal persawahan di kiri dan kanan jalan siap menyapa begitu memasuki wilayah Karanganyar.
Suasana pagi Tawangmangu sangat indah dan eksotik. Udara dingin khas pegunungan dan kabut dari puncak gunung yang menyelimuti memberikan aura keindahan tersendiri. Berjalan-jalan sambil menikmati indahnya areal persawahan, melihat aktivitas penduduk di pagi hari, ataupun menjelajahi pasar sangat manjur untuk menghilangkan penat dari kesibukan sehari-hari. Tawangmangu juga populer dengan produksi sayur dan buah-buahan segar. Sawah-sawah yang ditanami sawi, wortel, lobak, strawberry, dan aneka hasil bumi lainnya membentang dimana-mana.
YogYES juga mengunjungi sebuah air terjun setinggi 81 meter yang terletak di kawasan ini. Grojogan Sewu yang berarti "seribu air terjun", air terjun ini terletak di dalam sebuah kawasan hutan lindung seluas 20 ha. Area wisata ini juga dilengkapi dengan fasilitas flying fox, arung jeram kecil, duta playground dengan pemancingannya, dan arena outbond dengan taman lalu lintas dan kereta pohon. Tak hanya manusia, ribuan kera juga betah berlama-lama di sini. Mereka berkeliaran dengan bebas tanpa rasa takut pada manusia. Meskipun nampak jinak, namun kita harus tetap waspada karena sewaktu-waktu mereka bisa tiba-tiba mengambil tas ataupun barang bawaan lainnya.
Pedagang makanan dan minuman bertebaran di sekitar air terjun, siap menjadi tempat melepas lelah atau bersantai menikmati udara segar di bawah pepohonan rindang. Makanan yang paling terkenal adalah sate kelinci. Daging kelinci yang sedikit alot namun memiliki serat daging yang lembut dipadu dengan sambal kacang, irisan cabe dan bawang merah, disajikan bersama lontong. Menurut para ahli, selain rendah kolesterol daging kelinci juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Daging kelinci mengandung zat yang disebut senyawa kitotefin. Senyawa ini apabila digabungkan dengan senyawa lain seperti omega 3 dan 9 disinyalir bisa untuk menyembuhkan penyakit asma. Berdasarkan pengalaman beberapa orang, daging ini juga berkhasiat menurunkan kadar gula bagi para penderita diabetes, sementara otaknya berkhasiat sebagai penyubur kandungan wanita.
Jalan Jalur menuju Telaga Sarangan
Sekilas tentang Magetan
 
 
Kabupaten mungil, namun beriklim sejuk, pantas disematkan saat Anda berkunjung ke Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Selain terkenal dengan potensi wisata Telaga Sarangan, Kabupaten ini juga di kenal dengan daerah penghasil produk kerajinan dari kulit . 
Ya, apabila hendak berwisata di Telaga Sarangan, rasanya belum lengkap kalau belum singgah kesebuah Sentra Industri yang berada di jalur perjalanan menuju Telaga Sarangan. Sentra apakah itu? Di Kabupaten Magetan terdapat sebuah Sentra Industri yang khusus memproduksi kerajinan dari kulit. Sentra ini dipusatkan di jalan Sawo kelurahan Selosari, sekitar 1 Kilometer arah barat Kota Magetan. Sepanjang memasuki kawasan wisata belanja ini, Anda akan dimanjakan dengan etalase toko yang memajang berbagai model sandal, sepatu, tas, ikat pinggang, jaket, aksesori kulit lainnya berbahan kulit asli. 
Tak ayal, icon kerajinan kulit Kabupaten Magetan sudah cukup dikenal oleh masyarakat Nusantara selain daerah Tanggulangin yang berada di Sidoarjo, dan Cibaduyut yang berada di kota bandung Jawa Barat. Tahun 1960 pemerintah Kabupaten Magetan merintis usaha pengolahan kulit menjadi barang-barang kerajinan kulit. Jalan Sawo dipilih bukan tanpa alasan. Posisi sentra ini yang berada di perlintasan jalur menuju dan kembali dari Obyek Wisata Telaga Sarangan menjadi pendukung bagi pengembangan kepariwisataan di Magetan. Sehingga para wisatawanpun sebelum atau sesudah mengunjungi Telaga Sarangan dapat singgah di Sentra Industri Kerajinan Kulit Jalan Sawo. Beraneka ragam jenis kerajinan kulit disepanjang kawasan sentra ini menjadi pesona wisata belanja tersendiri. Harga pun bervariasi, mulai dari harga jaket kulit di sejumlah toko harganya berkisar Rp400 ribu. Sedangkan sandal dan sepatupun juga bervariasi, antara Rp35 ribu hingga ratusan ribu rupiah, sesuai jenis dan modelnya.Untuk pernak-pernik aksesoris kerajinan kulit dihargai sekitar Rp5ribu hingga Rp 25ribu per item. Anda akan menjumpai sentra ini ramai dirubung penunjung saat-saat liburan sekolah, tahun baru, dan terutama saat hari libur. Bahkan terkadang diharibiasapun berjajar bus-bus di sepanjang Jalan Diponegoro yang usai menuntaskan perjalanannya dari telaga Sarangan. 

Sentra Industri Kerajinan Kulit Magetan.

courtesy image:www.magetanindah.com

Kerajinan Kulit sebagai produk unggulan kota Magetan yang sejak dulu menjadi komoditi potensial, teramat sangat penting untuk terus dikembangkan dan mendapatkan perhatian semua pihak. Oleh sebab itu, sebenarnya dibutuhkan gerakan cerdas oleh semua elemen bangsa ini dalam memaksimalkan potensi industri masyarakat Indonesia yang tak lain menjadi upaya peningkatan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi serta secara kajian sederhana berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. 
Ya, dan terakhir, sebagai Putera Daerah Kabupaten Magetan, kami tak kan pernah padam dengan asa dan cita, untuk turut berkontribusi membangun Daerah kami. Sederhana, tekad kami membangun

Lambang Daerah



DASAR
  • Surat Keputusan DPRD-GR Kabupaten Magetan tanggal 24 Oktober 1868 Nomor : DPRD/36/Lb./26/1968
BENTUK LAMBANG
  • Bentuk secara keseluruhan adalah kulit dari seekor ternak, suatu ciri khas dari Daerah Kabupaten Magetan yang terkenal dengan kerajinan kulit
ISI GAMBAR/LAMBANG
  • Bintang melambangkan bahwa penduduk Kabupaten Magetan meyakini dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Disamping itu juga merupakan suatu cita-cita yang tertinggi dengan berlandaskan Pancasila
  • Keris merupakan pusaka yang keramat bagi Bangsa Indonesia pada umumnya dan melambangkan suatu kewibawaan
  • Gunung dan Asap melambangkan Gunung Lawu dan asapnya merupakan gunung yang tertinggi dan terbesar di daerah Kabupaten Magetan, menggambarkan kemegahan dan kesuburan daerah
  • Telaga Pasir melambangkan kebanggaan daerah, sumber kemakmuran dan obyek wisata
  • Padi dan Kapas melambangkan cita-cita kemakmuran
  • Roda Bergerigi (hanya sebagian yang terlihat)  menggambarkan kegiatan kerja para karyawan dengan segenap lapisan masyarakat lainnya untuk mencapai cita-cita kemakmuran
PERPADUAN ISI DARI ISI GAMBAR / LAMBANG
  • Perpaduan yang memancarkan dari keris dan bintang sebanyak 17 berkas, menyatakan tanggal 17
  • Kapas sebanyak 8 buah melambangkan Bulan Agustus
  • Butir padi yang berisi 45 buah melambangkan angka puluhan dan satuan angka tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 1945
WARNA-WARNA YANG MENGANDUNG WARNA
  • Hijau dan kuning merupakan warna pertanian, hijau tua adalah warna dari tanaman yang subur, sedangkan kuning adalah butir padi yang tua
  • Kuning emas melambangkan keluhuran kepribadian Bangsa Indonesia
JIWA DAN MAKNA LAMBANG
  • Dengan memperhatikan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan tentang jiwa serta makna lambang bahwa Pemerintah Kabupaten Magetan dengan segala lapisan masyarakatnya selalu siap mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
PERBANDINGAN UKURAN BAGIAN-BAGIAN LAMBANG
  • Gambar Lambang digambarkan dengan mengambil pedoman garis bidang lambang yang berbentuk empat persegi panjang
  • Panjang garis bidang lambang - lebar = 5:4
  • Jarak garis bidang lambang bagian atas sampai puncak keris : tinggi kesi, jarak pegangan keris sampai garis garis bidang lambang bagian bawah = 5:8:5
  • Panjang keris : panjang pegangan = 4:1
  • Bintang besarnya dapat disesuaikan dengan keadaan tempat
  • Jarak garis bidang lambang bagian atas sampai puncak gunung.  Tinggi gunung : jarak kaki gunung sampai garis bidang lambang bagian bawah = 3:1:2
  • Jarak garis bidang lambang bagian kiri tempat tulisan Magetan.  Panjang tulisan Magetan : tempat tulisan Magetan sampai garis bidang lambang bagian kanan = 1:1:1
  • Panjang tempat tulisan Magetan = 5:1
  • Tinggi gunung : tabel gunung (bagian yang tebal) lubang gunung bagian atas = 15:12:5 dan pata diubah 3:2:1
  • Tinggi puncak butir padi dan kapas lebih tinggi sedikit daripada tinggi puncak keris
  • Bagian kiri asap kelabu : lebar asap kelabu yang terlebar : bagian kanannya = 23:26:23
  • Besar gambar-gambar yang lain dapat disesuaikan dengan keadaan lambang
Demikian juga halnya dengan lekukan-lekukan pada bentuk lambang yang berbangun kulit direntangkan (dipenteng), dapat hanya dikira-kira saja.
Asal Usul Magetan

Pada tahun 1645 Sultan Agung Hanyokrokusumo Raja Mataram wafat. beliau digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Amangkurat I yang menduduki tahta kerajaan Mataram. tahun 1646-1677
berbeda dengan mendiang ayahnya Sultan Amangkurat Ibersifat lemah terhadap VOC, bahkan mau bekerja sama dengan kompeni belanda itu, sehingga menimbulkan rasa kecewa dari banyak pihak, terutama kaum ulama’ serta daerah-daerah manca negara. di sana sini banyak pihak yang memberontak.

Pada suatu ketika Basah Gondokusumo atau Basah Bibit, yakni kerabat keraton Mataram beserta pangeran Nrang Kusumo Patih Mataram diusir oleh sultan Amangkurat I karena dituduh bersatu dengan pemberontak. Basah Gondokusumo dijatuhi hukuman pengasingan di Semarang, di tempat kediaman kakeknya yang bernama Basah Suryaningrat.

Sedangkan Pangeran Nrang Kusumo kemudian pergi bertapa ke daerah sebelah timur Gunung Lawu. Akhirnya Basah Gondokusumo bersama-sama dengan basah suryaningrat pergi ke sebelah timur Gunung Lawu mencari tempat pemukiman yang baru. disini oleh Ki Ageng Mageti yang cikal bakal daerah ini beliau berdua diberi sebidang tanah untuk bermukim. setelah mapan suryoningrat mewisuda cucu beliau yakni Basah Gondokusumo menjadi penguasa di tempat baru ini dengan gelar “Yosonegoro”, yang kemudian dikenal sebagai Bupati Yosonegoro yakni pada tanggal 12 Oktober 1675, sedang tanah baru itu diberi nama “Magetian” karena tanah tersebut sebagai jasa pemberian Ki Ageng Mageti. Peristiwa penobatan sebagai bupati pertama ini ditandatangani dengan Warsa Sangkala

‘MANUNGGALING RASA SUKO HAMBANGUN”, daerah Magetan merupakan suatu daerah yang perbatasannya sebelah barat dengan gunung lawu menuju ke barat daya merupakan deretan Sidaramping, Gunung Jabolarang dan Gunung Kukusan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, di sebelah utara merupakan daratan yang bergelombang naik mengarah ke timur sampai dengan barat ke kaki Gunung Lawu berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, sebelah selatan merupakan dataran rendah berbatasan dengan Kabupaten Madiun. Sungai yang memotong daerah Magetan menjadi dua bagian mulai dari pangkal sumber di bawah Cemorosewu, Gunung Kendil dan Gunung Sidoramping adalah Sungai Gandong yang merupakan jalur bersejarah penuh dengan misteri dan ditaburi dengan makam-makam jaman kuno, di Kabupaten Magetan banyak ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah yang berupa petilasan bangunan-bangunann purbakala maupun petilsan bekas pusat pemerintahan.

Misalnya: Petilasan makam Empu Supo di Dukuh Mandang Desa Plumpung Kecamatan Plaosan. peninggalan purbakala terbuat dari batu andesit di Dukuh Sadon Desa Cepoko Kecamatan Panekan berupa candi yang diberi nama Candi Sadon. Petilasan Pengger di Dukuh Pengger Desa Bedagung Kecamatan Panekan. di puncak Gunung Lawu terdapat petilasan Pawon Sewu (Punden Berundak), Argo Dalem, Sendang Drajat dsb. Yang diperkirakan dari akhir Majapahit.petilasan berupa sumur dan masjid kuno bersejarah yang dikelilingi tembok bekas pusat pemerintahan Kabupaten Purwodadi berada di atas tanah lebih kurang seluas 4 hektar dengan bekas gapuro Magetan. Makam leluhur Magetan (Patih Nrang Kusumo dan Patih Ngariboyo II) di Dukuh Njelok Desa Bulukerto Kota Magetan dan makam Kanjeng Adipati Purwodiningrat, mertua Hamengku Buwono di Desa Pacalan Kecamatan Plaosan juga merupakan bukti sejarah.

Makam Astana Gedhong di Kelurahan Tambran Kecamatan Kota Magetan terdapat makam Adipati Yosonegoro yang erat hubungannya dengan sejarah babad Magetan. di makam Sasonomulyo Dukuh Sawahan Desa Kapolorejo Kota Magetan terdapat makan-makan bupati Magetan dan masih banyak lagi makam-makam yang tersebar di daerah -daerah yang sampai sekarang masih keramat.

Ditinjau dari letaknya Magetan merupakan daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur maka bahasa sehari-hari, adat istiadat maupun kebudayaannya banyak mendapat pengaruh dari daerah Jawa Tengah yakni daerah Solo/Surakarta dan sekitarnya daripada daerah-daerah di Jawa Timur lainnya. lebih-lebih jalur tembus antara Kabupaten Magetan dengan Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah melewati Cemorosewu lereng sebelah barat daya Gunung Lawu dan melalui hutan-hutan, erat hubungannya dengan jalan bersejarah dari abad ke abad.

Bagaimana sampai dapat mewujudkan suatu daerah yang disebut Magetan? berikut sejarahnya: Sampai dengan tahun 1645 Sultan Agung Hanyokrokusumo wafat, kemudian Amangkurat I menggantikan kedudukan beliau sebagai raja Mataram pada tahun 1645-1677.
Berbeda dengan ayahnya yang bersukap tegas mengusir kompeni Belanda, Amangkurat I sangat lemah dan mau bekerja sama dengan kompeni belanda (VOC). Pada tahun 1646 Amangkurat Imengadakan perjanjian dengan kompeni belanda yang amat merugikan Mataram. Isi perjanjian itu antara lain adalah Mataram mengakui kedudukan VOC di Batavia (Jakarta),
Sedangkan Mataram bebas berdagang dimana saja kecuali di pulau Ambon, Bansa dan Ternate. Sebab pulau-pulau tersebut kaya akan rempah-rempah. dengan diakuinya kedudukan VOC di Batavia maka Batavia bebas dari ancaman Mataram semakin berkurang. perdagangan Mataram tidak lagi seperti seida kala. Pelayaran perdagangan dibatasi oleh kompeni sehingga kerajaan Mataram tidak berwibwa lagi dan kawulo Alit menjadi sengsara.

Kebijaksanaan Amangkurat I tersebut menyebabkan timbulnya rasa kecewa dari banyak pihak terutama daerah-daerah mancanegara. Pangeran Giri yang berpengaruh di daerah pesisir utara pulau Jawa berisap-siap melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Beliau amat kecewa atas tindakan raja Mataram ini. Demikian pula seorang pangeran dari pulau Madura yang bernama Trunojoyo yang tidak tahan lagi melihat pamannya pangeran Tjakraningrat II terlalu mengabaikan Madura dan hanya turut bersenang-senang di pusat pemerintahan Mataram, segera melancarkan pemberontakan terhadap Mataram (1674). pemberontakant tersebut akhirnya didukung oleh orang-orang Makassar. Perang antara prajurit Mataram dan Trunojoyo pun tak dapat dihindarkan, hingga banyak memakan korban dari kedua belah pihak. Pada saat kerajaan dalam keadaan kalut seperti ini seorang kerabat keraton Mataram bernama Basah Gondokusumo atau terkenal dengan sebutan basah bibit bersama seorang patih Mataram bernama nrang kusumo dituduh bersatu dengan kaum oposisi dan kaum pemberontak yang menentang kebijakan Amangkurat I.

Atas tuduhan itu Basah Gondokusumo dijatuhi hukuman pengasingan di Semarang di tempat kediaman kakeknya yakni Basah Suryoningrat. Sedangkan Patih Nrangkusumo meletakkan jabatannya sebagai patih kemudian bertapa di gunung Lawu sebelah timur. beberapa waktu kemudian basah suryoningrat mengajak cucunya (Basah Gondokusumo) pergi menyingkir ke arah timur gunung Lawu. beliau memilih tempat tersebut karena menerima bahwa di sebelah timur gunung Lawu sedang dilaksanakan babat hutan yang dipimpin oleh sorang bernama Ki Buyut Suro yang kemudian bergelar Ki Ageng Getas.

Orang-orang itu sangat patuh dan rajin melaksanakan babat hutan. Demikian juga Ki Buyut Suro dengan sabar mendampingi mereka yang bekerja penuh semangat babat hutan itu dilaksanakan atas perintah Ki Ageng Mageti yang cikal bakal daerah ini. Ki Ageng Mageti adalah seorang putra Magetan yang memiliki banyak kelebihan. Beliau adalah sosok yang arif, bijaksana, berbudi luhur, berperilaku sholeh serta memiliki kawaskithan. apa yang dipunyai itu semua semata-mata hanya untuk kepentingan kawulo, baik kawasan Magetan maupun kawulo njaban rangkah. karena sifat yang demikian agung itulah maka Ki Ageng Mageti sangat disegani serta dapat dijadikan suri teladan bagi kawulo dan sesamanya. Kemudian Basah Suryoningrat dan Basah Gondokusumo menjumpai Ki Buyut Suro yang sedang babat hutan.keduanya bermaksud minta sebidang tanah untuk bermukim.karena yang menguasai kawasan hutan ini adalah Ki Ageng Mageti, maka untuk memperoleh sebidang tanah ini Basah Suryoningrat dan Basah Gondokusumo diajak Ki Buyut Suro bertemu dengan Ki Ageng Mageti di tempat kediaman beliau di daerah Gandong Kidul (dukuh Gandong Selatan) tepatnya di sekitar alun-alun

Magetan sekarang ini, Pertemuan antara Basah Suryoningrat dengan Ki Ageng Mageti yang akrab ini dilanjutkan dengan perdebatan sengit terhadap suatu pernyataan.sandi yang diberikan oleh Ki Ageng Mageti kepada Basah Suryoningrat. Setelah ia dapat menjawab dengan tepat dan benar pernyataan sandi keraton yang dilontarkan oleh Ki Ageng Mageti, akhirnya Ki Ageng Mageti yakin bahwa Basah Suryoningrat adalah bukan kerabat keraton tetapi merupakan sesepuh kerajaan Mataram. Akhirnya beliau diberi sebidang tanah untuk bermukim, terletak di sebelah utara sungai Gandong tepatnya di Desa Tambran sebagai tempat yang aman dan tenteram untuk pengayoman para leluhur Mataram. setelah mapan di tempat yang baru ini Basah Suryoningrat mengangkat cucunya yaitu Basah Gondokusumo menjadi penguasa di tempat baru dengan gelar “Yosonegoro” kemudian dikenal sebagai Bupati Yosonegoro, bupati Magetan yang pertama kali.

Wisuda Bupati Yosonegoro oleh Basah Suryoningrat ditandai dengan penyerahan sebuah keris pusaka. Pesta syukuran wisuda bupati tersebut berlangsung secara sederhana. Syukuran ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Basah Suryoningrat diberikan kepada Yosonegoro dan dihadiri oleh masyarakat setempat. wilayah pemerintah tersebut dinamakan Magetan, karena peristiwa terjadinya kabupaten Magetan ini adalah atas pemberian tanah dari Ki Ageng Mageti maka daerah baru tersebut diberi nama Kota Mageti, mengalami penambahan “an” menjadi Magetian, akhirnya berubah nama menjadi Magetan sampai sekarang.

Selasa, 03 Desember 2013

jeruk Pamelo, Rasa dan Omzet Sama-sama Manis  

Jeruk PameloSudah tahukah Anda bentuk jeruk Pamelo yang besar namun berasa manis dan menyegarkan ini? Bentuknya sama seperti jeruk Bali, karena ada sebagian masyarakat menyebutnya jeruk Bali Merah. Jeruk Pamelo seperti halnya jeruk bali yang memiliki rasa dan aroma yang khas, ada rasa gurih yang bercampur manis, asam dan rasa yang tajam, ada juga rasa getir yang menyenggat ujung lidah, membuat jeruk Pemelo ini disukai banyak orang. Namun, tahukah Anda jika dibalik aneka rasa jeruk Pamelo ternyata tersimpan omset yang luar biasa.
Jeruk pamelo merupakan komoditas asli dari Magetan, karena inilah sebagian petani jeruk di wilayah tersebut, menyebut jeruk Pamelo Magetan. Jeruk pamelo memiliki daging buah yang lebih merah daripada jeruk Bali, memiliki kandungan air yang banyak, serta volume yang lebih besar. Jeruk ini sangat cocok dibudidayakan di dataran-dataran rendah, namun tidak terlalu dekat dengan pantai. Seperti halnya daerah Magetan, yang memiliki lembah-lembah serta bukit-bukit yang subur.
Budidaya jeruk Pamelo, menurut seorang petani asal Sukomoro, yang bernama Dukut, memiliki keunggulan tidak ribet dan tidak memerlukan biaya banyak untuk perawatan. Selain itu, pohon jeruk pamelo bisa bertahan hingga lebih dari umur 20 tahun. Untuk pembibitan bisa dengan metode pencangkokan, namun pencangkokan biasa dilakukan pada musim penghujan, biar akarnya tumbuh dengan cepat. Selain pencangkokan, pembibitan Jeruk Pamelo ini bisa juga dengan system tempel. Tukulan baru dari jeruk sitrun yang berkarakteristik, selalu berbuah banyak, ditempeli jeruk pamelo atau juga jenis lain. Dengan system ini, diharapkan akan menjadi persilangan antara sitrun yang cepat berbuah dengan pamelo yang manis.
Keuntungan pembibitan jenis tempel, adalah buahnya yang selalu banyak, bahkan saking banyaknya harus dilakukan ‘penurunan’ buah, atau membuang satu dari dua jeruk dalam satu ranting. “Penurunan dilakukan agar tidak terjadi kerusakan pada ranting dan pohon. Karena bibit yang didapatkan dari sistem tempel, buahnya selalu berlimpah”. Ungkap Dukut.
kawasanwisata.wordpress.com
kawasanwisata.wordpress.com
Saat ini, jeruk pamelo atau jeruk bali merah, memang menjadi produk agro unggulan masyarakat Magetan. Jeruk ini juga popular di tengah-tengah masyakat bahkan hingga ke Sumatera dan Kalimantan. Jeruk pamelo dalam sekali panen, satu pohonnya bisa menghasilkan 150 – 200 buah. Bahkan pohon yang sudah tua mampu menghasilkan 300 buah sekali panen.
Satu buah jeruk pamelo bisa dijual seharga Rp 4000, kepada tengkulak. Harga sampai di tangan konsumen bisa melonjak hingga Rp 8000. Perawatan pohon agar selalu produktif dan selalu bebas hama cukup mudah. Pemupukan dilakukan di awal musim penghujan, agar batang bisa langsung berbunga. Di sekitar pohon dibuat lubang melingkar, yang dimasuki pupuk MPK atau TSP.
Hal terpenting dalam budidaya jeruk Pamelo ini adalah selalu dilakukan penggeleban atau perendaman pohon jeruk dengan air sumur. Namun, sebelum penggeleban sebaiknya jeruk dibiarkan selama 2 bulan, agar saat perendaman batang pohon bisa langsung terangsang untuk berbunga. Buah yang sudah siap panen, biasanya kulit buah akan berubah kekuning-kuningan atau sudah tidak hijau.
Keunggulan jeruk pamelo, jeruk pamelo setelah dipetik dari pohon bisa bertahan hingga beberapa bulan. Kandungan Likopen dan Pektin yang terdapat di buah ini, juga menjadi sumber antioksidan yang mampu menurunkan resiko penyakit jantung.  Tertarik membudidayakan buah naga ini?

Telaga Sarangan - Tempat Wisata Favorit Kabupaten Magetan

Telaga alami ini merupakan salah satu tempat wisata favorit untuk keluarga yang terletak di kaki Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan,  Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jaraknya kurang lebih 16 kilometer dari kota Magetan ke arah barat. Telaga sarangan berada di ketinggian 1287 Mdpl dengan suhu rata-rata 18-25 Celcius
Tempat wisata Telaga Sarangan dapat diakses melalui melaui dua jalur. Jalur pertama dapat ditempuh melaui kota Solo, kemudian ke arah Kabupaten Karanganyar, Terus naik ke atas melintasi perbatasan propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur (gunung Lawu) dan masuk ke Kabupaten Magetan. Jarak dari kota solo kurang lebih 60 km dapat ditempuh selama 2-3 jam perjalanan. Perlu diketahui bahwa jalur Solo-Karanganyar-Magetan didominasi tanjakan dan tikungan. Jadi kendaraan anda harus dalam kondisi prima dan pengemudi harus memiliki  kewaspadaan dan keterampilan yang mumpuni  dalam mengemudikan kendaraan demi keselamatan anda.
Untuk jalur yang ke dua dapat di akses melalui Kota Madiun, kemudian ke arah Kabupaten Magetan, kemudian ke arah barat kota magetan menuju tempat wisata Telaga Sarangan. Jarak dari Kota Madiun kurang lebih 40km dapat ditempuh dengan perjalanan selama 2 jam (melalui Maospati). Karakteristik jalan menanjak dan berliku akan dijumpai ketika anda memasuki Kota Magetan ke arah telaga sarangan.
Sebagai salah satu tempat wisata unggulan di Kabupaten Magetan, Telaga Sarangan banyak menyediakan fasilitas sarana rekreasi untuk memanjakan para pengunjung yang di sana. Anda dapat memanjakan indera penglihatan anda dengan menikmati keindahan pemandangan alam yang ditawarkan Telaga Sarangan. Hembusan angin yang sepoi-sepoi dan ditambah dengan hawa udara yang sejuk menambah nikmat untuk kita betah untuk berlama-lama menikmatinya.
 Jika anda suka dengan kegiatan memacu adrenalin, anda dapat menyewa speed boat yang di ada si sekitar telaga sarangan. Atau jika ingin bersantai-santai di atas air anda dapat menyewa becak air yang bentunya menyerupai angsa.
Wisatawan juga bisa menggunakan alternatif lain untuk mengelilingi area Telaga Sarangan yaitu dengan menggunakan jasa kuda keliling. Tidak sedikit jasa kuda keliling yang ada, ada sekitar 90 jasa kuda keliling yang bisa kita pakai. Atau wisatawan yang suka olahraga, juga bisa berjalanan kaki atau jogging mengililingi Telaga Sarangan.
Setelah puas berkeliling dan menikmati pemandangan telaga sarangan kini saatnya untuk menikmati hidangan kuliner khas Telaga Sarangan yaitu sate kelinci dengan lontong. Banyak penjaja sate kelinci di sekitar telaga sehingga anda dapat dengan mudah menemukannya. Harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau. 
Setelah anda puas menikmati semua wisata yang ada di telaga sarangan sebelum kembali anda dapat berbelanja cindera mata sebagai kenangan dan juga oleh-oleh bagi sodara-sodara anda. Banyak pilihan souvenir yang ditawarkan oleh para pedagang di kios kaki lima. Anda dapat membeli tas, kaos, kerajinan tangan atau bentuk-bentuk souvenir yang lainnya. Terdapat juga pasar buah dan sayur segar yang baru dipetik dari lereng gunung lawu yang merupakan hasil pertanian warga sekitar.
Jika anda ingin menyaksikan acara budaya, di Telaga Sarangan beberapa kalender event penting tahunan, yaitu labuh sesaji pada Jumat Pon bulan Ruwah, liburan sekolah di pertengahan tahun, Ledug Sura 1 Muharram, dan pesta kembang api di malam pergantian tahun.

Go to Magetan| Magetan adalah kota di wilayah Propinsi Jawa Timur bagian barat. Kota Magetan terkenal dengan kota wisatanya. Kota Magetan juga terkenal dengan keindahan, kebersihan dan keasriannya.

Selain itu juga kota magetan di kelilingi beberapa gunung yang menambah keindahannya. Nah postingan kali ini adalah tentang 8 Keindahan gunung di Magetan.


1. Gunung lawu dipotret dari Seblatok Kecamatan Ngariboyo Magetan

Potret Gunung Lawu dari Seblatok
2. Gunung lawu dipotret daridusun Jrebeng desa krajan Kecamatan Parang Kabupaten magetan
Potret Gunung Lawu dari dusun Jrebeng Krajan
3. Gunung lawu dipotret darikecamatan Ngariboyo Magetan
Gunung Lawu dipotret dari Ngariboyo
4. Gunung lawu dipotret dari Macanan kabupaten nagawi
Gunung Lawu dipotret dari Macanan Ngawi
5. Gunung Bancak dipotret daridesa Sundul Kecamatan parang kabupaten magetan
Gunung Bancak di potret dari desa Sundul

6. Gunung lawu dipotret dari desa Plosotrinil Kecamatan Panekan kabupaten magetan
Gunung Lawu dipotret dari Plosotrinil Magetan
7.Gunung Bungkuk dipotret dari desa Parang Magetan
Gunung Bungkuk dipotret dari Parang
8. Gunung lawu dipotret dari desa Ngunut Kecamatan Parang Kabupaten Magetan


Gunung Blego dipotret dari Ngunut
inilah keindahan potret gunung di Magetan yang berhasil di himpun

Kerajinan Bambu

Caping Asli Magetan
Caping Asli Magetan
Magetan – Kerajinan Bambu ini juga merupakan satu dari beberapa kerajinan yang ada di kota Magetan, seperti kerajinan kulit dan batik sidomukti. Sentra Kerajinan Bambu ini terletak di Desa Ringin Agung, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Ketika kita melewati jalan aspal menuju desa Ringin Agung ini, nampak di sebelah kanan kiri jalan banyak kerajinan bambu yang sedang dijemur (misal :caping).
Majalah merista telah mendatangi di salah satu pengerajin bambu di temui salah satu pengeranji bapak Harun, telah mengeluti kerajinan bambu ini sudah selama duapuluh tiga tahun inipun telah meneruskan usaha dari bapaknya yang turun menurun dan Harun mengatakan saya generasi ke lima yang tetap bertahan untuk melestarikan kerajinan ini.
Lanjutnya kalau dulu harga murah mas, sekarang dari caping termurah harga Rp 7.500 hingga sampai Rp 35.000 ini caping yang besar per capingnya, ini semua rata-rata pesanan dari luar kota dan luar pulau.
Pengrajin Bambu RinginAgung
Pengrajin Bambu RinginAgung
Sentra Kerjinan Bambu (Desa RinginAgung)
Di tambahkan oleh Sumiati Produk dari kerajinan bambu ini diantaranya adalah caping. Menurut pembuat caping di desa ini, bahwa caping ini asli dari Magetan, meskipun banyak terdapat di daerah lainnya, namun ada perbedaannya dengan caping dari daerah lain bila dilihat dari kawatan kuwung, jebabah, nitikan, jeperen. Caping ini dikirim di berbagai daerah di Indonesia seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan kota-kota lainnya. (lak)
Pengrajin Bambu RinginAgung
Pengrajin Bambu RinginAgung
Caping Asli Magetan
Caping Asli Magetan
Caping Asli Magetan
Caping Asli Magetan

Nasi Pecel



Magetan terdapat banyak warung pecel yang sangat terkenal diantaranya "pecel Parti" yang berada di Kauman -Magetan, di warung ini dijual menu spesial Pecel khas Magetan yang sangat "mak nyusss" dengan harga ekonomis. selain "pecel Parti" sebenarnya masih banyak warung pecel yang lain yang tidak kalah dalam hal rasa dan harga......diantaranya "pecel



Mbah Darmi" sebelah utara pasar Baru, "pecel Terung" di desa terung dan masih banyak lagi yang lainnya.
Selain pecel banyak makanan lain yang menjadi ciri khas Kabupaten Magetan yang mempunyai rasa "Ngangeni" (enak red), diantaranya Ayam Panggang Gandu, Ayam panggang kalang, Sate kelinci, kelinci goreng Jabung, tepo tahu dan cemilan-cemilan yang sangat banyak ragamnya.





Sentra Ayam Panggang




menyantap ayam panggang gandu, masakan para ibu di Desa Gandu, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Gurihnya ayam kampung bisa dinikmati di rumah pedesaan yang sejuk dan hening.

Sentra ayam panggang gandu berlokasi di jalan raya Madiun- Solo, tepatnya jalan raya Maospati-Ngawi. Sebuah papan petunjuk arah yang dipasang tepat di pertigaan Karangrejo menjadi penanda bagi para pengunjung. Jika masih ragu dengan petunjuk yang Anda lihat, silakan bertanya kepada masyarakat sekitar. Mereka akan mengarahkan Anda pada sebuah gang kecil dengan jalan setapak. Di gang itulah berdiri warung lesehan ayam panggang.


Sedikitnya ada 10 rumah penyedia menu ayam panggang, antara lain, milik Bu Setu, Bu Suryani, Bu Sarmi, Bu Sri, dan Mbah Mimin. Para ibu ini bekerja berdampingan karena memegang fisolofi rezeki sudah ada yang mengatur.

Awal November lalu kesibukan tiada henti di dapur warung Bu Setu (60). Sebanyak 15 tungku pemanggang ayam nyaris tidak beristirahat. Setiap kali 15 ayam panggang diangkat dari tungku, saat itu pula 15 ayam yang baru dibersihkan sudah mengantre. Bu Setu dibantu sejumlah perempuan mengupas bawang putih, bawang merah, dan menyiapkan rempah-rempah penunjang bumbu ayam panggang.




Tidak kurang dari 150 ekor ayam kampung dipotong pada hari itu. Saat ramai pengunjung, warung Bu Setu bisa menghabiskan 350 ekor ayam per hari. Saat Hari Raya Idul Fitri, lebih dahsyat lagi. Dalam sehari, jumlah ayam yang dipotong bisa menembus 750 hingga 800 ekor. Untuk menggerakkan warungnya, Setu dibantu 25 karyawan,

”Kalau nuruti pembeli, berapa pun pasti habis. Tamu-tamu datang dari mana-mana dan kebanyakan luar kota, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Solo, pokoknya dari jauh-jauh,” ujar Setu.

Racikan sendiri

Ayam panggang gandu populer disajikan dengan varian rasa pedas dan gurih. Ada perbedaan mencolok antara ayam panggang pedas dan ayam panggang gurih dalam hal rasa maupun penampilan. Ayam panggang pedas berbalut bumbu warna merah atau lazim disebut bumbu rujak. Bumbu ini diracik dari bahan, antara lain, bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, dan kemiri. Tidak lupa ditambahkan kacang tanah yang digoreng dan dihaluskan. Sedangkan ayam panggang gurih mengandalkan kombinasi bawang putih, garam, dan sedikit kunyit.

Kesegaran bahan sangat memengaruhi kelezatan rasa masakan. Setu kerap terjun langsung ke pasar serta sangat cerewet dalam urusan memilih ayam dan bumbu. Ayam harus ayam kampung asli dan dipilih ayam muda supaya dagingnya tidak keras. Ayam yang dipotong juga harus sehat, tidak boleh sakit. Untuk memanggang, digunakan tungku berbahan tanah liat. Api tungku hanya dihasilkan dari proses pembakaran kayu. Nyala api harus stabil untuk menghasilkan kematangan yang merata pada daging ayam.

”Untuk mendapatkan ayam panggang yang kesat dan lezat, tidak cukup dipanggang sekali. Paling sedikit harus lima kali supaya air di dalam dagingnya benar-benar kesat (kering). Panggangan yang terakhir baru diberi bumbu,” katanya.



Pelas dan bothok

Ayam panggang gandu sangat lezat disantap dengan sambal korek atau sambal bawang putih dan sambal goreng terasi. Sebagai pelengkapnya, disajikan kudapan aneka sayur segar, seperti kubis, timun, tomat iris, daun selada, dan kemangi. Disediakan pula urap-urap dan trancam berbahan irisan halus kubis, tauge, dan petai cina.

Menu spesial penyerta ayam panggang gandu adalah pelas dan bothok tempe. Pelas hampir mirip dengan bothok. Perbedaan terdapat pada bahan yang digunakan, yakni kedelai hitam. Kedelai ini direbus hingga matang dan dimasak menggunakan parutan kelapa muda dengan sedikit kuah santan encer. Ada sedikit kencur dalam bumbu pelas yang menghasilkan kesegaran rasa.

Dua porsi utuh ayam panggang rasa gurih dan pedas, lengkap dengan menu penyertanya, ditambah sebakul nasi, serta dua gelas es jeruk, dipasang harga Rp 100.000. Harga berlaku ”fluktuatif” alias fleksibel. Artinya harga akan turun jika harga ayam kampung juga turun. Sebaliknya, harga akan menyesuaikan apabila harga ayam kampung naik. Harga boleh turun naik, tetapi ayam panggang gandu tetap gurih.

Tekologi Produksi dan Budidaya Jeruk Pamelo

Tekologi Produksi dan Budidaya Jeruk Pamelo


BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan namanya, jeruk ini berasal dari Bali. Buahnya berbentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah mendatar. Ukuran buahnya tidak begitu besar dibanding jeruk besar lainnya. Kulit buah bagian luar berwarna hijau saat muda dan setelah tua berubah menjadi kekuning-kuningan.
Seperti spesies jeruk lainnya, cabang dan ranting jeruk besarpun bersudut saat masih muda dan membulat saat tua. Keadaan batangnya ada yang berduri dan ada yang tidak berduri. Namun, biasanya duri tersebut ada pada tanaman yang berasal biji dan masih muda. Setelah dewasa duri-duri tersebut biasanya hilang. Daun tanaman ini berwarna hijau kuning agak suram dan berbulu. Akan tetapi, daun yang masih muda kebanyakan tidak berbulu. Bentuknya bulat telur dengan ujung tumpul dan letaknya terpencar-pencar. Tepi daun agak rata, tetapi dekat ujungnya agak berombak. Tangkai daun bersayap lebar berwarna hijau kekuningan. Bunga jeruk besar berupa bunga majemuk atau bunga tunggal yang bertandan. Bentuknya agak besar dan berbau harum. Kelopak bunga membentuk lonceng dengan tajuk berjumlah 4-5. Benangsarinya tegak dan berberkas 4-5, jumlahnya 25-35. Bakal buah berbentuk bulat kerucut dengan jumlah biasanya dua buah. Varietas jeruk pamelo cukup banyak yang terdapat di Indonesia. Oleh karena itu kami disini membahas jeruk pamelo serta varietas-varietas yang ada di Indonesia.


1.2 Tujuan
• Untuk mendeskripsikan jeruk pamelo dan varietas-varietasnya
• Untuk dapat mengetahui teknik budidaya jeruk pamelo



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Syarat Tumbuh

Secara agroklimat, jeruk Pamelo dapat tumbuh baik di dataran rendah tropik dengan suhu bulanannya rata-rata 25 – 30°C dan kelembaban 50 – 85%. Tanaman lebih menyukai daerah dengan musim kemarau berlangsung 3 sampai 4 bulan dan curah hujan tahunannya sekitar 1500-1800 mm/tahun. Ketinggian tempat yang ideal untuk pertanaman ini adalah tidak lebih dari 400 meter di atas permukaan laut (m dpl). Jeruk Pamelo mampu beradapatasi pada kisaran tanah yang luas, mulai dari tanah berpasir hingga lempung berat. Namun demikian tanaman jeruk akan tumbuh lebih baik pada tipe tanah yang mampu menunjang perakaran yang dalam, tekstur tanah sedang, gembur dan subur serta bebas kadar garam yang membahayakan. Jenis tanah yang ringan sampai sedang merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan jeruk besar dengan kisaran pH yang baik adalah 5-6 dimana pada pH 6 produksi maksimal dapat diperoleh. Jika pH dibawah 5, daun jeruk akan menguning dan buah tidak berkembang (Setiawan 1995).
Jeruk besar merupakan salah satu jenis buah-buahan yang sudah dikenal sejak lama di Indonesia. Beberapa ahli menduga bahwa tanaman jeruk besar merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia. Populasi tanaman jeruk besar di Indonesia tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara, khususnya di daerah Jawa Timur dan Bali.


Morfologi
Jeruk Bali (Citrus maxima (Burm.) Merr.)
Sinonim : Citrus grandis (L.) Osbeck
Nama Umum
Indonesia : Jeruk Bali, Jeruk Besar, Jeruk Endas (jawa)
Inggris : Pommelo, Pummelo
Melayu : Limao Besar
Thailand : Ma o
Philipina : Lukban, Suha
Cina : Dou You
Jepang : Bontan

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
    Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
        Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
            Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                          Ordo: Sapindales
                                Famili: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
                                      Genus: Citrus
                                          Spesies: Citrus maxima (Burm.) Merr.


Tanaman jeruk pamelo termasuk famili Rutaceae dan ordo Rutales, memiliki pohon yang berkayu dengan tinggi yang bervariasi antara 5 – 15 m, tergantung kultivar dan umur tanaman. Batang keras dan kuat dengan diameter 10 – 15 cm. Kulit luar batang tebal dan berwarna coklat kekunimgan, cabang muda bersudut namun setelah dewasa menjadi bulat. Daun berbentuk bulat telur dengan tepi agak rata dan ujungnya tumpul. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua
Tanaman jeruk Pamelo yang berasal dari biji umumnya memiliki duri yang panjangnya mencapai 5 cm namun duri akan hilang setelah tanaman menjadi dewasa, sedangkan yang berasal dari pembiakan vegetatif tidak memiliki duri. Hal ini terjadi karena bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan vegetatif berasal dari tanaman yang sudah dewasa.
Bunga jeruk pamelo berada di ketiak daun, berisi rangkaian satu hingga beberapa kuntum. Bunga tanaman berukuran besar dengan panjang kuncup bunga 2-3 cm lebar setelah mekar penuh mencapai 3-5 cm. Mahkota bunga berwarna putih hingga krem, stamen berjumlah 25-30 dengan dasar bunga terbagi atas 11-16 lokus. Tangkai benang sari berwarna putih terletak di dalam tabung sari. Kepala benang sari terdiri dari 2 buah berbentuk memanjang dan berwarna kuning. Kepala sarinya terletak berhadapan dengan permukaan kepala putik dan dapa melepaskan serbuk sarinya sebelum kuncup bunga mekar.
Jeruk pamelo memiliki buah yang berbentuk agak bulat pendek yang diameternya 10-30 cm dengan biji berukuran besar dan bersifat monoembrionik dimana dari satu biji hanya keluar satu tunas (Purgeslove 1974). Selain ukurannya yang relatif besar dibandingkan dengan spesies lainnya, buah memiliki kulit yang relatif tebal. Kulit buah masak berwarna hijau kekuningan. Tiap tangkai jeruk besar menghasilkan satu buah. Daging buah berwarna merah muda sampai merah jingga setelah tua. Kulit buah terdiri atas tiga lapisan (Gambar 1), yaitu: (1) Lapisan luar yang kaku, berjangat dan mengandung banyak kelenjar minyak atsiri, yang disebut lapisan flavedo; (2) Lapisan tengah yang memiliki sifat spon, terdiri atas jaringan bunga karang yang biasanya berwarna putih, disebut lapisan albedo, dan (3) Lapisan dalam, bentuknya bersekat dan memiliki beberapa ruang.


Stadia Tumbuh
Kondisi lokal tanaman dan faktor eksternal dapat mempengaruhi kemampuan tanaman berbunga dan menghasilkan buah. Gazit dan Degani (2002) dalam Whiley et al. (2002) menyebutkan cuaca yang berawan dapat menunda mekarnya bunga advokat selama beberapa menit sampai satu jam. Selain itu temperatur dan curah hujan berpengaruh terhadap proses mekar dan menutupnya bunga. Semua faktor-faktor tersebut harus mencapai satu kondisi yang ideal agar tanaman dapat berbunga dan berbuah. Pada umumnya tanaman jeruk dapat berbuah sepanjang tahun apabila kondisi lingkungan seperti diatas mendukungnya.
Status cadangan makanan dalam tanaman berpengaruh terhadap pembungaan dan pembuahan. Pada tanaman tingkat tinggi terdapat empat tahap dalam proses pembungaan berlangsung, yaitu induksi bunga atau evokasi, differensiasi bunga, pendewasaan bagian bunga dan anthesis.
Tahap induksi bunga dinyatakan sebagai tahap perubahan dari fase vegetatif ke fase reproduktif. Induksi bunga merupakan fase yang paling penting dalam proses pembungaan. Pada fase ini terjadi perubahan fisiologis dan biokimia pada mata tunas sedangkan secara morfologi belum terjadi perubahan secara visual. Induksi bunga dapat dideteksi melalui peningkatan sintesis asam nukleat dan protein yang dibutuhkan untuk pembelahan dan diferensiasi sel.
Inisiasi bunga merupakan perubahan morfologi pertama yang dapat dideteksi pada kuncup tunas, yaitu dengan terbentuknya kubah apeks. Selama inisiasi bunga berlangsung pada bagian internal terjadi diferensiasi bagian-bagian bunga. Kubah akan terus mendatar dan kemudian primordia sepal terbentuk di sisi luarnya. Kemudian diikuti pembentukan primordia petal, pembentukan tangkai sari dengan kantong sarinya dan selanjutnya terbentuk pistil.
Pada tahap induksi, pucuk (apek) vegetatif diubah menjadi bunga pada tingkat biokimia (tidak secara morfologis). Pelapisan dari apical dome merupakan bentuk morfologis pertama yang menunjukkan tunas mengalami perubahan dari vegetatif menjadi reproduktif. Selama tahap diferensiasi, primordia bunga terlihat jelas di bawah mikroskop; baik sepal, petal, stamen, pistil maupun karpelnya. Pada tahap ketiga terjadi pematangan bagian-bagian bunga seperti jaringan sporogenuos, kepala putik dan serbuk sari. Pada tahap terakhir, bagian-bagian bunga mencapai ukuran maksimum; stigma menjadi reseptif; pergantian serbuk sari.


Teknik Budidaya
A. Penyiapan Bibit
Perbanyakan tanaman jeruk besar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu generatif (melalui biji) dan vegetatif (okulasi, grafting, cangkok). Kedua perbanyakan ini masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.
Perbanyakan dengan biji jarang dilakukan karena sifat tanaman akan menyimpang dari sifat induknya. Selain itu tanaman jeruk besar juga mempunyai masa juvenile yang lama. Perbanyakan dengan pencangkokan juga mempunyai kekurangan diantaranya tanaman yang dihasilkan akan memiliki perakaran pendek dan tidak dapat dilakukan secara besar-besaran karena membutuhkan cabang (bahan tanaman) yang banyak. Perbanyakan tanaman jeruk Cikoneng ST sebaiknya dilakukan dengan cara okulasi dan sambung.
Keuntungan perbanyakan tanaman jeruk besar dengan cara sambung adalah :
• Pengadaan bibit dalam jumlah banyak dapat dilakukan
• Tahan terhadap penyakit
• Pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan dapat diatasi melalui pemilihan batang bawah yang sesuai
• Memperoleh tanaman baru yang memiliki sifat unggul dari tanaman induknya
• Menghasilkan perakaran tanaman yang baik
Perbanyakan melalui okulasi atau penyambungan merupakan proses pengabungan dua jenis tanaman antara batang bawah dan batang atas yang berbeda dengan tujuan untuk menggabungkan sifat unggulan yang terdapat pada batang atas dan batang bawah sehingga diperoleh tanaman dengan sifat lebih unggul dibandingkan dengan tanaman asalnya.
Langkah-langkah perbanyakan cara sambung adalah sebagai berikut :
• Siapkan batang atas berukuran sebesar pensil atau sesuai dengan besarnya batang bawah, dari tanaman sehat dan sudah berproduksi
• Siapkan batang bawah yang mempunyai keunggulan dalam perakaran, diameter batang sebesar pensil dengan warna kulit masih hijau.
• Siapkan pita plastik selebar 1 cm dari plastik, kemudian ditarik pelan-pelan sehingga panjangnya menjadi 2-3 kali panjang semula, membentuk pita yang tipis dan lemas untuk digunakan sebagai pembalut sambungan.
·         Bagian ujung batang bawah dipotong setinggi 20-25 cm di atas permukaan tanah, dengan menggunakan pisau okulasi atau gunting stek yang tajam agar berbentuk irisan rapi.
·         Batang bawah dibelah membujur sepanjang 2 – 2,5 cm
·         Entres yang sudah disiapkan dipotong dengan ukuran panjang 7,5 – 10 cm, kemudian kedua sisi bagian pangkal disayat sepanjang 2 – 2,5 cm, sehingga membentuk irisan seperti baji (kapak).
·         Entres dimasukkan ke dalam belahan batang bawah sedemikian rupa sehingga kambium entres dapat bersentuhan dengan kambium batang bawah, kemudian diikat dengan pita plastik.
·         Sambungan disungkup dengan kantong plastik bening untuk mengurangi penguapan dan menjaga kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi (lembab).
·          Sambungan ditempatkan di bawah naungan agar terlindung dari sinar matahari.
·         Setelah 3 – 4 minggu kemudian akan tumbuh tunas pada sambungan, yang berhasil berwarna hijau, sedangkan yang gagal berwarna hitam dan kering.
·          Sungkup plastik mulai di buka, sedangkan pengikat plastik baru dapat dibuka sebulan kemudian.
·         Bibit hasil sambungan dipelihara selama enam bulan dan bibit siap di tanam di lapangan.

Teknik Penanaman
1.   Persiapan Kebun
Pembersihan lahan untuk kebun jeruk Cikoneng ST cukup dengan membabat dan menyingkirkan rumput dari lokasi yang akan ditanami. Derajat kemasaman ( pH) tanah optimal untuk jeruk besar Cikoneng ST  sekitar 5 – 6. Apabila diketahui pH tanahnya kurang diperlukan pengapuran atau penggunaan pupuk organic yang berasal dari pupuk kandang kotoran ayam pedaging yang dipelihara secara intensif
2.   Pembuatan Lubang tanam
·         Buat lubang tanam dengan  ukuran 50 x 50 x 50 cm atau 60 x 60 x 60 cm. Saat menggali tanah bagian atas (30 cm dari permukaan) dan tanah bagian bawah (lebih dari 30 cm) ditempatkan secara terpisah pinggir  lubang tanam.
·         Tanah galian dan lubang dibiarkan selama satu bulan.
·         Tanah bagian atas dicampur kompos atau pupuk kandang (1:1) dan dimasukan lebih dulu ke dalam lubang tanaman
·         Tanah  lapisan bawah dicampur pupuk kandang atau kompos (1:1) dan dimasukan kedalam lubang setelah tanah bagian atas dimasukan ke lubang tanam.
·         Setelah selesai penimbunan tanah disiram air, diberi ajir dan dibiarkan selama seminggu.
3.   Penanaman
·         Penanaman sebaiknya dilakukan awal musim hujan, agar pada awal pertumbuhan benih mendapat pengairan yang cukup
·         Keluarkan bibit dari polybag dengan hati-hati,  usahakan tanah yang membungkus akar agar tidak rusak sehingga akar tanaman tidak putus.
·         Cabut ajir, gali kembali lubang tanam kira-kira sebesar polibag bibit, agar bibit mudah dimasukkan.
·         Masukkan bibit ke lubang tanam, timbun kembali dengan tanah galiannya sambil ditekan-tekan dengan tangan, supaya tanahnya menjadi padat.
·         Tancapkan satu atau dua ajir sebagai penopang disisi batang tanpa merusak perakaran.
·         Siram tanaman dengan air secukupnya. Penyiraman selanjutnya dilakukan dua kali sehari, pagi dan sore hari.

Panen dan Pasca Panen
Buah jeruk Cikoneng ST  dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 6-8 bulan setelah bunga mekar. 
Ada 3 tahap pematangan buah jeruk besar yaitu
-       Tahap pertama disebut fase kuning pertama pada fase ini kulit yang hijau menjadi sedikit kuning, fase ini berakhir ketika warna kulit hijau kembali
-       Tahap kedua terjadi fase penguningan kembali sehingga sehingga kulit hijau kekuning-kuningan
-       Fase ketiga kulit lebih kuning lagi
Selain melalui umur panen, pemanenan jeruk besar dapat ditentukan dari ciri-ciri fisik buah yaitu :
-       Pemetikan paling baik dilakukan pada fase kuning kedua
-       Bulu halus pada kulit buah sudah hilang, sehingga tidak terasa kasar saat dipegang
-       Jika ditimang, buah jeruk terasa berat/berisi
-       Lekukan buah sudah mendatar
-       Bila dikupas bagian tengahnya bdrlubang
-       Biji buah telah berkurang
CARA PANEN 
Buah jeruk dapat dipanen dengan tangan atau gunting pangkas, pemetikan dengan tangan dilakukan dengan memutar buah dan menarik ke bawah sehingga buah terlepas, namun demikian untuk mendapatkan buah yang baik, pemanenan sebaiknya menggunakan gunting pangkas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah:
-       Pemetikan buah sebaiknya dilakukan saat matahari bersinar (sembilan pagi sampai sore) dan tidak ada sisa embun 
-       Tangkai buah digunting sekitar 1-2 cm dari buah, tangkai terlalu panjang dapat merusak buah lainnya pada waktu pengemasan
-       Pemetikan buah pada cabang yang tinggi sebaiknya menggunakan tangga sehingga buah tidak jatuh
PENGUMPULAN 
•     Siapkan keranjang bambu berkapasitas 50-60 kg, 
•    Isi keranjang dengan rumput kering/daun pisang untuk menghindari terjadinya gesekan antara buah dengan dinding keranjang. 
Masukan buah dalam keranjang bambu 
•      Tutup keranjang dengan karung goni untuk melindungi buah selama pengangkutan dari kebun
PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN 
-       Bersihkan buah yang baru dipetik dari kotoran dengan menggunakan kain lap yang bersih.
-       Pisahkan buah yang jelek,  rusak, sakit, atau busuk dari buah yang berkualitas baik
-       Pisahkan buah yang baik berdasarkan ukuran buah. Mutu A memiliki berat di atas 2 kg, mutu B berat 1,6-2 kg, mutu C 1,4-16 kg
PENGEMASAN 
•     Kemas  buah di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat saat diangkut . 
•      Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. 
•      Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. 
•      Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg. Ukuran peti yang direkomendasi adalah 60 cm x 28,5 cm x 28, 5 cm terbuat dari papan yang lebarnya 8 cm tebal 0,5 cm jarak antar papan sekitar 1,5 cm.
PENYIMPANAN 
Gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-100 C.